siska nurfadila

siska nurfadila

Selasa, 02 Oktober 2012

Tutorial Minggu 2 (SISTEM RESPIRASI 1)



Tutor Minggu Ke 2 (System Respirasi 1 )
1. Jelaskan ciri khas sputus yang terlihat pada berbagai ganguan paru ?
2. Jelaskan 5 tingkatan dispnea ?
3. Jelaskan tanda pertukaran gas yang tidak adekuat ?
4. Jelaskan gejala serangan asma, bagaiman pengobatan dan apa yang dimaksud dengan status asmatikus ?
5. Mengapa pori-pori khon penting dalam mempertahankan ventilasi kolateral ?
Jawaban:
1. Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan  proses supuratif (eg. Abses paru)
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis. (Price Wilson)

 Klasifikasi sputum
a. Berdarah atau  Hemoptisis, sering ditemukan pada tuberculosis
b. Rusty berwarna - biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
c. Bernanah - mengandung nanah. Warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
d. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
e. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase .
f. Berlendir putih, susu, atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus, meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
g. Berbusa putih - mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan Edema



2. 5 tingkatan dispnea
1. Sesak Napas Tingkat I
Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Sesak napas akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas jasmani lebih berat dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.
2. Sesak Napas Tingkat II
Sesak napas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik tangga atau mendaki, sesak napas mulai terasa, tetapi bila berjalan di jalan yang datar tidak sesak. Sebaiknya penderita bekerja pada kantor/tempat yang tidak memerlukan tenaga lebih banyak atau pada pekerjaan yang tidak berpindah-pindah.
3. Sesak Napas Tingkat III
Sesak napas sudah terjadi bila penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi atau berpakaian, tetapi penderita masih dapat melakukan tanpa bantuan orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat penderita sedang istirahat. Penderita juga masih mampu berjalan-jalan di daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-orang sehat seumurnya. Lebih baik penderita tidak dipekerjakan lagi, mengingat penyakit cukup berat.
4. Sesak Napas Tingkat IV
Penderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada orang lain pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas belum tampak waktu penderitaistirahat, tetapi sesak napas sudah mulai timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan sedikit,penderita terpaksa berhinti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
5. Sesak Napas Tingkat V
Penderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin.Keterbatasan ini menyebabkan penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat tergantung pada bantuan orang lain.

3. Tanda pertukaran gas yang tidak adekuat
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
Ada retraksi dada
Terjadinya Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

4. Gejala serangan asma
Serangan asma terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba saja datangnya. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu, Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.

Pengobatan
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak napas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
gangguan proses penyembuhan luka
terhambatnya pertumbuhan anak-anak
hilangnya kalsium dari tulang
perdarahan lambung
katarak premature
peningkatan kadar gula darah
penambahan berat badan
kelaparan
kelainan mental.

Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.

Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:
pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
pemeriksaan rontgen dada.

Status asmatikus
Status asmatikus merupakan suatu eksasebasi akut dari asma yang tidak berespons terhadap pengobatan awal dengan bronkodilator. Status asmatikus bervariasi dari yang ringan sampai ke yang berat, yaitu bronkospasme, inflamasi salur pernafasan,dan sumbatan oleh mukus yang menyebabkan gangguan pernafasan; retensikarbon dioksida; hipoksemia; dan gagal nafas. Tanda klinis yang biasa adalah wheezing persistem dengan retraksi. Tapi, tidak semua anak-anak dengan asmaberat ada wheezing , sebagian dari mereka mungkin hanya menderita batuk, dyspnea , atau muntah. Atau dalam arti lain, tidak semua pasien dengan wheezing  menderita asma; mereka mungkin menderita salah satu dari macam-macam penyebab yang bisa menyebabkan obstruksi salur pernafasan

5. Pori-pori khon penting dalam mempertahankan ventilasi kolateral
Karena apabila terbukanya pori-pori khon akan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan dan fibrotic sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan difusi gas yang tentunya akan berdampak pada meningkatnya konsentrasi oksikan yang didistribusikan melalui darah keseluruh jaringan tubuh, Pada proses inpirasi lanjut.
Menurut Sylvia (2006), menyatakan bahwa inspirasi dalam efektif untuk membuka pori-pori khon dan menimbulkan ventilasi kolateral kedalam alveoulus di sebelah yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorbs gas dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada atmosfer akibat lebih banyaknya o2 yang diabsobsi kedalam jaringan daripada co2 yang dieksresikan). Selama respirasi, pori-pori khon menutup, akibat tekanan didalam alveoulus yang tersumbat meningkat sehingga membantu pengeluaran sumbatan mucus. Bahkandapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam,glottis tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya pori-pori khon tetap tertutup sewaktu inpirasi dangkal,, sehingga tidak ada ventilasi kolateral menuju alveolus yang tersumbat, dan tekanan yang memadai untuk mengeluarkan sumbatan mucus tidak akan tercapai. Ini menunjukan hanya inspirasi dalam saja yang efektif menimbulkan ventilasi kolatreal dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan dapat mencegah terjadinya atelektasis

Atelektaksis adalah penegembangaan paru yang tidak sempurna. Itu disebabkan karna alveoli kurang berkembang dan tidak memiliki banyak o2.

Rabu, 14 Maret 2012

TEKNIK MENGUBAH POSISI PASIEN


MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANGKAR

A.      Pengertian
Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri,  atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.

B.      Tujuan
Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)

C. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat :
 Brankar dan handscun atau sarung tangan (jika perlu)
2. Persiapan Pasien :
 Pasien berada di tempat tidur
 Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Persiapan Tempat :
 Atur posisi tempat tidur pada posisi datar dari bagian kepala sampai kaki, kunci semua roda bed
 Letakkan berangkar secara parallel di samping tempat tidur, kunci semua roda berangkar
D.   PELAKSANAAN
1.                 Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur
2.                 Naikkan posisi tempat tidur sampai lebih tinggi dari  berangkar
3.       Posisikan pasien di tepi tempat tidur, tutupi dengan selimut untuk kenyamanan dan prevacy
4.              Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien
5.       Minta pasien untuk memfleksikan leher jika memungkinkan dan meletakkan kedua tangan menyilang di atas dada
6.       Lakukan persiapan untuk mengangkat pasien. Perawat pertama meletakkan kedua tangan di bawah bagian dada dan leher, perawat kedua di bawah pinggul, dan perawat ke tiga di bawah kaki pasien
7.       Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan intruksi kemudian angkat pasien secara bersama-sama dari tempat tidur dan pindahkan ke brankar
8.       Buat pasien merasa nyaman dan angkat pagar berangkar atau kencangkan sabuk pengaman melintang di atas tubuh pasien.

E. EVALUASI
1. dokumentasikan hasil tindakan
2. pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman
3. mencuci tangan










MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR
KE KURSI

A. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.

B. Tujuan:
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan ini)
6. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
7. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

C. Pelaksanaan
1. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kursi ini dalam posisi terkunci
2. Pasang sabuk pemindahan pila perlu
3. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan anti slip
4. Regangkan kedua kaki anda
5. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien
6. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan pada skapula klien
7. Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul anda dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi
8. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut anda
9. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan kursi
10. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
11. Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
12. Kaji klien untuk kesejajarn yang tepat
13. Stabilkan tungkai dengan slimut mandi
14. Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya















MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
A. PERSIAPAN
    1. Persiapan Alat :
          Kursi roda dan handscun atau sarung tangan (jika perlu)
    2. Persiapan Pasien :
       Pasien berada di tempat tidur
       Jelaskan prosedur pada pasien
     3. Persiapan Tempat :
       Atur posisi tempat tidur pada posisi paling rendah, sampai kaki pasien biasa    
menyentu pasien, kunci semua roda ban.
Letakkan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur, kunci
semua roda kursi

B. PELAKSANAAN
1. Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur
2. kaji postural hipotensi
3. itruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
4. intruksikan mencondongkan tubuh ke depan mulai dari pinggul
5. intruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan kaki yang lemah berada di depannya
6. meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau diatas kedua bahu perawat
7. berdiri tepat di depan pasien, condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah satu di depan dan yang lainnya di belakang
8. lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat
9. tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda. Siap untuk melakukan gerakan
10. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama menuju korsi roda
11. Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi roda, meletakkan kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu perawat
12. minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang paling aman
13. turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien di atasnya

C. EVALUASI
1. dokumentasikan hasil tindakan
2. pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman dan nyaman
3. mencuci tangan














Body Alignment yang diterapkan dalam keperawatan adalah :
1) Membantu pasien duduk dan berdiri:
• Pengertian
Yang dimaksud dengan membantu pasien duduk dan berdiri adalah membantu mengubah posisi pasien dari posisi tidur ke posisi duduk dan kemudian berdiri.
• Tujuan
Tujuan mendudukan dan menidurkan pasien adalah :
 Mobilisasi
ü
 Memberikan rasa aman kepada pasien (menjaga supaya pasien jangan
ü jatuh).
• Persiapan alat-alat
Alat-alat yang harus disiapkan melakukan perasat ini adalah : Sandal.
• Cara bekerja
1 Memberi tahu pasien
2 Mencuci tangan
3 Berdiri disamping kanan pasien.
4 Memasukkan tangan kanan melalui ketiak kanan pasien sampai ke tulang belikat, sedangkan tangan kanan pasien memegang bahu kanan perawat dari arah belakang.
5 Menyisipkan tangan kiri di bawah kuduk pasien dan tangan pasien saling berpegangan di atas bahu perawat.
6 Mengangkat badan pasien kemudian didudukkan
7 Kemudian kedua kaki pasien digeserkan ke tepi tempat tidur, bila pasien tidak bisa menggeser kakinya, maka perawat dengan tangan kanan mengangkat dan mengeser kaki pasien.
8 Pasien duduk di pinggir tempat tidur dengan kedua kakinya terjuntai di sisi tempat tidur, dianjurkan mengayun-ayunkan kedua kakinya.
9 Perawat memeriksa nadi dan menanyakan kepada pasien pusing atau tidak.
10 Kemudian perawat berdiri di depan pasien, kedua tangannya memegang pinggang pasien dan kedua tangan pasien memegang pundak kanan dan kiri perawat.
Menurunkan pasien perlahan-lahan dari tempat tidur, berdiri sebentar untuk memperoleh keseimbangan yang baik lalu berjalan.
11 Memapah pasien ada dua cara, yaitu :
 Perawat dan pasien berjalan berdampingan, perawat di sebelah kiri
§ pasien dengan tangan kanan perawat menahan pasien dari belakang, tangan kiri pasien diletakkan di bahu kiri perawat dipegang oleh tangan kiri perawat.
 Perawat dan pasien berhadapan, dan perawat berjalan mundur. Kedua
§ tangan perawat di pinggang kanan dan kiri pasien, kedua tangan pasien berada di bahu perawat kiri dan kanan.
12 Setelah cukup berjalan, kembalikan pasien ke tempat tidur .
13 Memeriksa nadi dan menanyakan keadaan umum, merasa pusing atau tidak..
14 Merapikan pasien.
15 Mencuci tangan.
Perhatian :
 Bereskan tempat tidur secepat mungkin.
ü
 Apabila saat berjalan merasa pusing, segera kembali ke tempat tidur.
ü
 Selama melakukan aktivitas perhatikan keadaan umum pasien.
ü







JENIS-JENIS PENGATURAN POSISI TUBUH PASIEN

1). Mengatur posisi semi fowler
• Pengertian
Yang dimaksud dengan sikap semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk.
• Tujuan
Tujuan menempatkan pasien dalam posisi semi fowler adalah :
 Mobilisasi
ü
 memberikan perasaan lega kepada pasien yang sesak napas
ü
 Memudahkan perawatan, misalnya, member makan
ü
• Pelaksanaan
Sikap semi fowler dilaksanakan pada :
 Pasien yang sesak napas
ü
 Pasien pasca operasi
 Struma
 Hidung
 Torak
• Persiapan alat-alat
Alat-alat yang harus disiapkan untuk melaksanakan sikap semi fowler :
1 Bantal 5-6 buah
2 Bantal kecil
3 Guling
4 Sandaran punggung
5 Sarung sandaran punggung
6 Bila ada tempat tidur yang dapat dinaikkan bagian kepalanya (orthopaedic bed)
• Cara bekerja
Cara melaksanakan posisi tidur semi fowler adalah sebagai berikut :
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan.
3. Mengangkat dan mendudukkan pasien, Memasang sandaran punggung, mengatur bantal pada sandaran, bila memakai tempat tidur orthopaedic, naikkan bagian kepalanya.
4. Membaringkan pasien pada sandaran
5. Meletakkan guling di bawah lipatan lutut agar tidak merosot.
6. Meletakkan kedua bantal di atas bantal.
7. Merapikan tempat tidur
8. Mencuci tangan.
Perhatian : Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja.

2. ) Mengatur posisi dorsal recumbent
• Pengertian
Yang di maksud dengan sikap dorsal recumbent adalah sikap pasien dalam posisi telentang dengan kedua tungkai ditekuk, sedikit direnggangkan dan kedua tapak kaki menapak pada kasur.
• Tujuan
Tujuan menempatkan pasien dalam posisi ini adalah :
 Memudahkan dalam pemeriksaan, misalnya, Rectal touche, vaginal touché,
ü palpasi perut.
 Memudahkan pelaksanaan perawatan, misalnya, pemasangan kateter,
ü irigasi vagina, partus.
• Pelaksanaan
Sikap ini dilaksanakan pada :
 Pemeriksaan genekologi
ü
 Pengobatan uretra dan kandung kemih
ü
• Persiapan alat-alat
Alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan keperluan.
• Cara bekerja
Cara melaksanakan perasat ini adalah :
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Pasien menekuk kedua tungkai, direnggangkan sedikit dan menapakkan kedua telapak kaki pada kasur
4. Merapikan pasien.
5. Mencuci tangan
Perhatian : Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja.

3) Mengatur posisi lithotomy
• Pengertian
Yang dimaksud dengan posisi tidur lithotomy adalah posisi tidur pasien dalam posisi telentang dengan kedua tungkai diangkat, lutut ditekuk kearah dada, tungkai bawah ditopang oleh dua orang perawat; bila ada meja genekologi tungkai bawah diletakkan pada penahan kaki yang tersedia.
• Tujuan
Tujuan menempatkan pasien dalam posisi ini adalah :
 Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misalnya, touché,
ü Cystoscopy, Rectoscopy.
 Memudahkan pelaksanaan perasat, misalnya, menolong partus, operasi
ü haemorrhoid, pemasangan IUD, Curettage.
• Pelaksanaan
Posisi tidur lithotomy ini dilaksanakan pada :
 Pemeriksaan genekologi/urologi
ü
 Pengobatan uretra dan kandung kemih
ü
 Pelaksanaan perasat kebidanan
ü
 Operasi haemorrhoid
ü
 Waktu melahirkan
ü
• Cara bekerja
Cara mengerjakan posisi tidur lithotomy adalah :
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Pasien meletakkan kedua telapak tangan di bawah kepala
4. Mengangkat kedua tungkai, menekuk kearah dada, kedua tungkai bawah di topang oleh dua orang perawat; bila ada meja genekologi kedua tungkai bawah diletakkan pada penahan kaki
5. Merapikan setelah selesai pemeriksaan atau pelaksanaan perasat.
6. Mencuci tangan.
Perhatian:
a. Pada pelaksanaan perasat tertentu, bantal diangkat, misalnya pada operasi, pemasangan IUD
b. Perhatikan keadaan umum pasien.





4) Mengatur posisi trendelenburg
• Pengertian
Yang dimaksud dengan posisi tidur trendelenburg adalah posisi tidur pasien dalam posisi bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki.
• Tujuan
Tujuan menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg adalah :
 Agar darah lebih banyak mengalir ke daerah kepala
ü
 Untuk memudahkan operasi di bagian perut.
ü
 Untuk memudahkan perawatan dan pemeriksaan
ü
• Pelaksanaan
Posisi tidur trendelenburg dilaksanakan pada :
 Pasien dalam keadaan syok.
ü
 Pasien dengan tekanan darah rendah
ü
 Pembedahan di daerah perut
ü
 Pemeriksaan tertentu, misalnya, bronchoscopy.
ü
• Persiapan alat-alat
Alat-alat yang disiapkan untuk melaksanakan posisi tidur ini adalah :
 Dua potong balok yang sama tinggi untuk meninggikan bagian kaki tempat
ü tidur atau ada tempat tidur yang bias dinaikkan bagian kakinya.
• Cara bekerja
Cara melaksanakan posisi tidur trendelenburg ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Mengangkat bantal
4. Memasang balok pada kedua kaki tempat tidur, di bagian kaki pasien atau menaikkan pada bagian kaki bila ada tempat tidur yang bisa diatur.
5. Merapikan pasien
6. Mencuci tangan.
Perhatian : Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja


5) Mengatur posisi sim’s
• Pengertian
Yang dimaksud dengan posisi tidur sim’s adalah posisi tidur dalam posisi setengah telungkup
• Tujuan
 Cairan pasca operasi tonsil dapat mengalir keluar dengan lancar
ü
 Memudahkan rectal touche.
ü
 Untuk pelaksanaan huknah tinggi
ü
• Cara bekerja
Cara mengerjakan posisi tidur sim’s adalah sebagai berikut :
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Mengangkat bantal
4. Letakkan kedua tangan pasien di atas dada, kedua tungkai di tekuk.
5. Perawat memasukkan kedua lengannya ke bawah bahu dan pangkal paha.
6. Mengangkat dengan perlahan badan pasien, dan ditarik kearah perawat, kemudian dimiringkan membelakangi perawat sampai dada menyentuh kasur, lengan di sisi yang tertindih diluruskan sejajar dengan punggung
7. Merapikan pasien
8. Mencuci tangan
Perhatian :
 Perhatikan keadaan umum pasien selama melakukan tindakan
v
v Pada rectal touché hanya bagian badan yang diperiksa yang dibuka pakaiannya.
7) Posisi lateral (side lying)

Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain. Posisi ini sangat baik untuk istirahat dan tidur serta membantu menghilangkan tekanan-tekanan pada sacrum dan tumit. Bagi pasien yang mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi bagian tubuh akan merasa nyaman pada posisi ini dengan berbaring pada sisi yang normal.