siska nurfadila
Selasa, 02 Oktober 2012
Tutorial Minggu 2 (SISTEM RESPIRASI 1)
Tutor Minggu Ke 2 (System Respirasi 1 )
1. Jelaskan ciri khas sputus yang terlihat pada berbagai ganguan paru ?
2. Jelaskan 5 tingkatan dispnea ?
3. Jelaskan tanda pertukaran gas yang tidak adekuat ?
4. Jelaskan gejala serangan asma, bagaiman pengobatan dan apa yang dimaksud dengan status asmatikus ?
5. Mengapa pori-pori khon penting dalam mempertahankan ventilasi kolateral ?
Jawaban:
1. Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif (eg. Abses paru)
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronkhitis/ bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis. (Price Wilson)
Klasifikasi sputum
a. Berdarah atau Hemoptisis, sering ditemukan pada tuberculosis
b. Rusty berwarna - biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
c. Bernanah - mengandung nanah. Warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
d. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
e. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase .
f. Berlendir putih, susu, atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus, meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
g. Berbusa putih - mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan Edema
2. 5 tingkatan dispnea
1. Sesak Napas Tingkat I
Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Sesak napas akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas jasmani lebih berat dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.
2. Sesak Napas Tingkat II
Sesak napas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik tangga atau mendaki, sesak napas mulai terasa, tetapi bila berjalan di jalan yang datar tidak sesak. Sebaiknya penderita bekerja pada kantor/tempat yang tidak memerlukan tenaga lebih banyak atau pada pekerjaan yang tidak berpindah-pindah.
3. Sesak Napas Tingkat III
Sesak napas sudah terjadi bila penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi atau berpakaian, tetapi penderita masih dapat melakukan tanpa bantuan orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat penderita sedang istirahat. Penderita juga masih mampu berjalan-jalan di daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-orang sehat seumurnya. Lebih baik penderita tidak dipekerjakan lagi, mengingat penyakit cukup berat.
4. Sesak Napas Tingkat IV
Penderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada orang lain pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas belum tampak waktu penderitaistirahat, tetapi sesak napas sudah mulai timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan sedikit,penderita terpaksa berhinti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
5. Sesak Napas Tingkat V
Penderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin.Keterbatasan ini menyebabkan penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat tergantung pada bantuan orang lain.
3. Tanda pertukaran gas yang tidak adekuat
• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
• Ada retraksi dada
• Terjadinya Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
4. Gejala serangan asma
Serangan asma terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba saja datangnya. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu, Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan.
Pengobatan
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
• Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak napas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
• Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
• gangguan proses penyembuhan luka
• terhambatnya pertumbuhan anak-anak
• hilangnya kalsium dari tulang
• perdarahan lambung
• katarak premature
• peningkatan kadar gula darah
• penambahan berat badan
• kelaparan
• kelainan mental.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.
Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:
• pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
• pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
• pemeriksaan rontgen dada.
Status asmatikus
Status asmatikus merupakan suatu eksasebasi akut dari asma yang tidak berespons terhadap pengobatan awal dengan bronkodilator. Status asmatikus bervariasi dari yang ringan sampai ke yang berat, yaitu bronkospasme, inflamasi salur pernafasan,dan sumbatan oleh mukus yang menyebabkan gangguan pernafasan; retensikarbon dioksida; hipoksemia; dan gagal nafas. Tanda klinis yang biasa adalah wheezing persistem dengan retraksi. Tapi, tidak semua anak-anak dengan asmaberat ada wheezing , sebagian dari mereka mungkin hanya menderita batuk, dyspnea , atau muntah. Atau dalam arti lain, tidak semua pasien dengan wheezing menderita asma; mereka mungkin menderita salah satu dari macam-macam penyebab yang bisa menyebabkan obstruksi salur pernafasan
5. Pori-pori khon penting dalam mempertahankan ventilasi kolateral
Karena apabila terbukanya pori-pori khon akan menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan dan fibrotic sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan difusi gas yang tentunya akan berdampak pada meningkatnya konsentrasi oksikan yang didistribusikan melalui darah keseluruh jaringan tubuh, Pada proses inpirasi lanjut.
Menurut Sylvia (2006), menyatakan bahwa inspirasi dalam efektif untuk membuka pori-pori khon dan menimbulkan ventilasi kolateral kedalam alveoulus di sebelah yang mengalami penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorbs gas dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada atmosfer akibat lebih banyaknya o2 yang diabsobsi kedalam jaringan daripada co2 yang dieksresikan). Selama respirasi, pori-pori khon menutup, akibat tekanan didalam alveoulus yang tersumbat meningkat sehingga membantu pengeluaran sumbatan mucus. Bahkandapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam,glottis tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya pori-pori khon tetap tertutup sewaktu inpirasi dangkal,, sehingga tidak ada ventilasi kolateral menuju alveolus yang tersumbat, dan tekanan yang memadai untuk mengeluarkan sumbatan mucus tidak akan tercapai. Ini menunjukan hanya inspirasi dalam saja yang efektif menimbulkan ventilasi kolatreal dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan dapat mencegah terjadinya atelektasis
Atelektaksis adalah penegembangaan paru yang tidak sempurna. Itu disebabkan karna alveoli kurang berkembang dan tidak memiliki banyak o2.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar