MATERI
TUTOR MINGGU III
1. Diskusikan
tentang kelainan postur tubuh ( body alignment )?
2. Diskusikan
tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment?
3. Diskusikan
tentang prinsip-prinsip body alignment ( postur tubuh )?
4. Diskusikan
tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengkaji body aligment ( postur
tubuh )?
5. Diskusikan
tentang petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur
pemindahan ?
Jawaban:
1.
KELAINAN POSTUR
Kelainan
postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal,
spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:
Macam2 abnormal:
1) Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
2) Lordosis
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
3) Kifosis
Diskripsi: peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi: peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
4) Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
5) Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
6) Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
7) Dysplasia Pinggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
8) Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POSTUR TUBUH
a. Gravity
·
Gravity adalah atraksi timbale balik
antara tubuh dan bumi.
·
Pusat
gravity: titik pusat seluruh massa dari suatu objek.
·
The
line of gravity: imaginary garis vertical melalui pusat gravity suatu objek.
·
The
base of support: fondasi dimana seseorang sedang istirahat.
b. Pontural reflek dan Apposing Muscles
Group.
Action dari otot postural yang terus
menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity:
·
Otot ekstensor: otot-otot anti gravity.
·
Kontraksi otot-otot menyokong posisi
tegak disebut postural tonus.
·
Numorous
postural/Righting reflek merangsang dan mempertahankan postural tonus adalah:
J Labyrithing sense
J Tonicneel-righting reflex.
J Actual oroptic reflex
J Propoceptor or kinesthetic sense.
J Extensor or anti gravity (stretum)
reflex
J Plantar reflex.
c. Perubahan postur
d. Struktur anatomy individu yang
berbeda.
3. Prinsip Body Aligment
Untuk mendapatkan postiur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, di antaranya:
Untuk mendapatkan postiur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, di antaranya:
a. Keseimbangan dapat dipertahankan
jika line of gravity melewati dan base of support.
b. The base of support lebih luas dan
pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan lebih besar.
c. Jika line gravity berada diluar
pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan
keseimbangan.
d. The base of support yang luas dan
bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat energi dan mencegah
kelelahan otot.
e. Perubaan dalam posisi tubuh membantu
mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
f. Body alignment yang jelek dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan otot dan kontraktur.
g. Karena struktur
enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual
dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
h. Memperkuat otot-otot
yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika body alignment
jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.
4. Untuk melakukan pengkajian body alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien
pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengkaji antara lain:
1) Posisi berdiri
Lakukan
inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien
dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan
pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi
berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot
dan tulang pasien.
2) Posisi duduk
Pada saat
keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada
saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan
verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam
keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya
sensasi (kerusakan saraf)
3) Posisi berbaring
Letakan
pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari
tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra
harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka
terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
4) Cara berjalan
Dikaji
untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh,
pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan
hal-hal berikut ini :
a. Kepala tegak, pandangan lurus
kedepan, punggung tegak.
b. Tumit menyentuh tanah terlebih
dahulu sebelum jari-jari kaki.
c. Langkah lembut, terkoordinasi dan
ritmik
d. Mudah untuk memulai dan mengakhiri
berjalan
e. Jumlah langkah per menit (pace)
70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
5. Teknik Memindahkan
Perawat
biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah posisi,
dipindahkan di atas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke
kursi ataupun brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk
mengangkat, menggerakkan, atau memindahkan klien dengan aman dan juga
melindungi perawat dari cedera sistem muskuloskeletal.
Meskipun
perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk
umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan:
1.
Naikkan
sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat
untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur.
2.
Tinggikan
tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
3.
Kaji
imobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4.
Tentukan
kebutuhan akan bantuan.
5.
Jelaskan
prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari klien.
6.
Kaji
kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang menggunakan teknik
memindahkan atau menggerakkan untuk pertama kalinya harus meminta pertolongan
untuk mengurangi risiko cedera pada klien dan perawat. Perawat harus juga
mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasannya. Memindahkan klien imobilisasi
sendirian merupakan hal yang tersulit dan berbahaya.
Memindahkan klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan
yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi
miring, atau duduk di sisi tempat tidur.
Untuk menentukan apakah klien mampu
melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu
mengangkat klien di atas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk menentukan
apakah penyakit klien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti
penyakit kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah klien memahami
apa yang diharapkan. Jika ada, dibutuhkan beberapa perawat untuk menggerakkan
klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyaman klien.
Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada
akhirnya perawt menentukan apakah klien terlalu berat atau klien tidak bisa
bergerak sehingga perawat menyelesaikan prosedur sendirian.
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur
ke Kursi oleh
perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan pada klien yang tidak
dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan.
Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan
bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar
dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah
prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan
klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjuntaikan
kakinya di sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus
berdiri di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan
cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi
dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang
tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin.
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur
ke Brankar.Klien
imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik
ini bagus dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan
tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai suatu tim.
Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang
ditempatkan di bawah klien.
Kain pengangkat berguna sebagai
ayunan ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu
berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat
ketika memindahkan klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan
menggunakan kain pengangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar